Ruang Film: Ketika Ekspektasi vs Realita Berseberangan

Setelah beberapa asupan bergizi dari A24, kami berdua mengonsumsi tayangan basi nirmanfaat dari A24 berjudul Y2K. Para milenial mungkin langsung mengalami flashback membaca judulnya dan Gen Z bisa jadi tidak paham. Mengambil premis “what if machines rise up and try to destroy humanity?” dan ditautkan dengan momentum peralihan milenium. Film dengan bertubi-tubi referensi dari era tersebut, mulai dari MTV hingga Limp Bizkit. Literally. Fred Durst is in the movie. Mencoba menghadirkan film slasher dengan sentuhan teen flick ala akhir 90an dan gagal secara SPEKTAKULER. Kasting yang aneh. Dialog yang mengganggu. Adegan kematian yang menggelikan. The list goes on and on. Setidaknya desain robot pembunuhnya cukup keren.

Our reaction: ๐Ÿค”๐Ÿ˜๐Ÿ˜ฎโ€๐Ÿ’จ๐Ÿ˜ด

Karena belum bisa nonton Nosferatu yg baru tayang Februari nanti, akhirnya nonton The Last Voyage of Demeter. Ini adalah film yang mengangkat satu bab dari novel klasik Bram Stoker, yang adalah sumber referensi Drakula era modern. Menceritakan perjalanan Drakula dari pelabuhan Belgia menuju London. Dan apa yang terjadi di atas kapal serta nasib kru kapal Demeter. 

Tidak memiliki ekspektasi apapun. Karena film Drakula toh, sudah kebayang seperti apa. Ternyata, surprisingly good. Not too much CGI. Desain Drakula genuinely scary. Kasting yang tepat. Liam Cunningham berperan sebagai kapten kapal. Dan David Dastamalchian menjadi Kasim. Banyak dialog yang secara akurat menggambarkan kehidupan pelaut masa itu. Setting yang cukup claustrophobic. Satu aja keluhan sih. Monsternya keseringan muncul. Mengurangi unsur suspense jadinya. Worth to watch if you like monster movie with proper acting and dialogue.

Jaka’s Reaction: ๐Ÿคจ๐Ÿ˜ถ๐Ÿ˜ณ๐Ÿ˜ž๐Ÿซฃ๐Ÿ’€๐Ÿง›

Simak selengkapnya dalam episode kali ini.

Dari Skenario Ke Stereo, #RuangFilm di Volare Radio.