Bagi perancang muda Indonesia di Amerika Serikat, Illene Martoseno, inspirasi fesyen bisa datang dari mana saja, termasuk arsitektur dan alam. VOA menemui perempuan yang pernah mewakili sekolah fesyen FIDM Los Angeles dalam sebuah kompetisi desain yang membawanya ke pekan mode New York dan Paris.
LOS ANGELES, CALIFORNIA (VOA) — Illene Martoseno menyukai tantangan, apalagi terkait fesyen. Pada 2019, lulusan Fashion of Institute of Design and Merchandising (FIDM) ini ditantang untuk membuat koleksi busana dari lima kain putih berbahan dasar katun. Kelima jenis kain itu adalah kaus jersey, beludru, denim, dan twill.
Di tangan kreatifnya, kain-kain putih itu diubah menjadi tekstil tiga dimensi yang dibuat mengerut, berombak, diwarnai dengan warna ombre, dan dijahit dengan mendetil.
“Inspirasinya kebanyakan dari arsitektur dan alam. Aku suka memadukan tekstur dan gerakan. Aku menggunakan boning untuk membentuk struktur dan siluet, biar lebih flowy,” ujarnya ketika ditemui di kampus FIDM Los Angeles pekan lalu (28/3).
Kelima busana itu dibuat oleh Illene untuk Supima Design Challenge, kompetisi tahunan yang mempertemukan delapan finalis yang mewakili sekolah-sekolah fesyen top di AS.
Ia mengerjakan proyek ini selama beberapa bulan, dibimbing oleh pemimpin desain fesyen FIDM David Paul dan Nick Verreos. Salah satu desain favorit Verreos adalah jubah berkerut dan melantai berwarna ungu ombre.
“Saya bercanda sama dia (Illene), karena saya suka komodo di Indonesia, dan saya pikir ini adalah gaun komodo. Dia bilang, ‘Tapi Nick, bukan itu inspirasinya.’ ‘Siapa peduli, bilang saja ke semua orang bahwa inspirasinya dari komodo,'” ujar mantan kontestan Project Runway ini berseloroh.
Hasil rancangan Illene dan finalis lain ditampilkan dalam peragaan busana di Pier59 Studios New York semasa pekan mode New York 2019. Ia juga berkesempatan untuk mempresentasikan karyanya kepada para tokoh fesyen internasional di Hotel de Talleyrand Paris semasa pekan mode Paris pada tahun yang sama.
“Pengalaman yang mengubah hidup saya,” tukasnya.
Ia mengaku, sejak terlibat dalam kontes tersebut, banyak kesempatan besar terbuka lebar. Salah satunya, bisa magang beberapa bulan di Tom Ford, label milik perancang busana terkenal AS.
Kini, sebagian rancangan Illene untuk kompetisi Supima dipajang di balik kaca peraga di kampus FIDM.
Verreos, yang ditemui VOA di kampus itu, mengaku sangat bangga dengan prestasi mantan mahasiswinya yang telah mengharumkan nama kampusnya.
“Sebagai salah satu ketua desain fesyen di Fashion of Institute of Design and Merchandising (FIDM), kami merasa sangat terhormat bisa memajang hasil karya salah seorang lulusan terbaik kami, Illene Martoseno dari Indonesia.”
Illene Martoseno adalah perempuan usia 25 tahun asal Surabaya, yang menyukai dunia mode sejak kecil.
“Dari kecil suka gambar, suka coba-cobain baju mamah, terus kuliah emang yakin mau masuk fesyen. Jadi langsung masuk fesyen.”
Sekarang ini, ia bekerja untuk sebuah label pakaian ready-to-wear di Los Angeles. Dan ia juga sedang menyiapkan proyek pribadi yang rencananya akan diluncurkan akhir tahun ini. [vm/ab]