Sate Lilit, Gado-Gado Buatan Diaspora Indonesia di AS Jadi Favorit Produser Terkenal Benny Blanco

Dhania Iman

Produser musik AS, Benny Blanco, yang pernah bekerja sama dengan BTS dan Justin Bieber ternyata menggemari makanan Indonesia. Ia kerap membeli beragam masakan Indonesia, seperti sate lilit dan gado-gado melalui Seleraku Los Angeles, usaha katering milik diaspora Indonesia di California. 

WASHINGTON, D.C. — Belum lama ini produser musik asal AS, Benny Blanco membagi video yang memperlihatkan masakan khas Bali berupa nasi jinggo komplit dengan mie goreng, ayam suwir, kangkung belacan, dan telur balado di Instagram.

Siapa yang menyangka ternyata produser yang pernah bekerja sama dengan musisi papan atas seperti BTS, Ed Sheeran, dan Justin Bieber ini adalah penggemar makanan Indonesia.

Setelah ditelusuri, ternyata Benny kerap membeli makanan Indonesia melalui Seleraku Los Angeles, sebuah bisnis katering milik diaspora Indonesia, Pheren Soepadhi-Tamura dan suaminya, Nicholas Tamura di Los Angeles, California.

Kepada VOA, Pheren mengatakan, awalnya mereka diperkenalkan kepada Benny Blanco melalui salah seorang pelanggan bernama Jonathan Broida, yang adalah pemilik bisnis pisau buatan Jepang, Japanese Knife Imports di Los Angeles.

“Jonathan mendadak bertanya, ‘apakah ada makanan (yang dijual)? Karena ada tiga teman saya yang pemakan segala.’ Saya bilang, tidak ada. (Makanan) sudah habis terjual untuk hari itu,” tambah Pheren.

Salah seorang teman Jonathan yang ternyata adalah Benny Blanco lantas mengontak Seleraku Los Angeles.

“(Benny) sangat ingin mencoba makanan Indonesia yang agak sulit dicari di Los Angeles. Dan (lokasi) kami cukup dekat. Melalui (Jonathan), kami bisa membawakan makanan Indonesia untuk (Benny) dan sejauh ini dia sangat menikmatinya,” cerita Nicholas Tamura yang akrab disapa Nick kepada VOA.

Melalui akun Instagramnya, Benny memang kerap memperlihatkan berbagai masakan khas berbagai negara yang ia cicipi, termasuk masakan Indonesia.

Nasi Jinggo Seleraku Los Angeles (dok: Seleraku Los Angeles)

Berawal dari nasi jinggo, kini produser peraih segudang nominasi penghargaan Grammy ini pun ‘ketagihan’ mencoba semua menu yang hadir di Seleraku Los Angeles, mulai dari ayam rendang, gado-gado, nasi goreng tek-tek, kari ayam, telur sambal terasi, sambal hijau, hingga sate lilit Bali dengan sambal matah. Makanan-makanan ini pun lantas ia pamerkan kembali melalui akun Instagramnya.

“Saya ingat (pernah) mengirim pesan singkat kepada Benny, ‘Apakah kamu familiar dengan makanan Indonesia atau makanan Asia? Bisakah kamu makan makanan pedas?’ Dan dia bilang bisa. Saya hanya ingin tahu, karena biasanya rasa pedas muncul dari rempah-rempah (yang digunakan) bukan dari cabai. (Benny) juga (pemakan segala), dia hanya tidak makan babi,” cerita Pheren.

Melalui Seleraku Los Angeles, Benny mengatakan bahwa ‘makanan Indonesia (yang ia coba dari Seleraku Los Angeles) adalah beberapa makanan segar yang paling inventif yang pernah ia coba. Rasanya seperti sebuah ‘ledakan’ di dalam mulut’ seperti baru pertama kali mencicipi rasa yang baru.

Nick pun merasa senang ketika melihat Benny memamerkan masakan buatannya dan Pheren di Instagram. Menurutnya, bisa mendapatkan masukan dari seseorang yang telah mencoba beragam jenis makanan adalah hal yang menyenangkan.

“Saya merasa, kalau mereka bilang masakan kami tidak enak, saya benar-benar percaya, karena mereka punya banyak pengalaman keliling (ke berbagai negara) dan makan (berbagai jenis masakan),” jelas Nick.

Berdiri Sejak Pandemi

Seleraku Los Angeles LLC berdiri pada tahun 2020 di Los Angeles, California saat pandemi COVID-19 berlangsung. Semua ini berawal dari ide Pheren dan Nick untuk memperkenalkan makanan tradisional Indonesia, yang masih sangat langka di daerah West Hollywood.

“Kenapa kita namain Seleraku? Karena selera kami berbeda. Dia lebih ke(masakan) Bali, aku lebih ke masakan (Jawa) yang lebih manis, pedas. Kalau (Nick) lebih yang kayak kecut, segar, jadi kami pikir, OK, mari kita lakukan (bisnis ini) bersama,” cerita Pheren yang juga adalah seorang desainer yang pernah memenangkan berbagai penghargaan di Milan dan Los Angeles.

Pheren yang juga adalah seorang fotografer memang sangat gemar memasak dan kerap berjualan makanan di komunitasnya. Sedangkan Nick sudah mendalami profesinya sebagai juru masak sejak 15 tahun lalu.

Tahun 2017, ia sempat pergi ke Indonesia dan melakukan perjalanan keliling Jakarta dan Bali selama 3 bulan, untuk belajar memasak makanan Indonesia.

“Mencicipi semuanya, mulai dari (makanan) pinggir jalan, restoran, mengungkap cita rasa Indonesia (dan) membawanya kembali, dan menerjemahkannya, mempromosikannya sedikit ke orang barat dan Amerika Serikat,” jelasnya.

Jonathan Broida yang sudah menjadi pelanggan setia Seleraku Los Angeles sejak awal berdiri mengatakan Pheren dan Nick memiliki kombinasi yang unik dalam memasak berdasarkan tempat yang mengakar dalam ingatan dan pengalaman hidup masing-masing.

“(Semua ini) dimotivasi oleh hasrat mereka untuk berbagi pengalaman dengan orang-orang di sekitar mereka dan dieksekusi dengan keterampilan, serta teknik memasak yang hebat,” ujar Jonathan.

Jonathan mengaku tidak pernah memesan makanan yang spesifik melalui Seleraku Los Angeles. Menurutnya, cara terbaik untuk memesan makanan kepada Pheren dan Nick adalah dengan membiarkan mereka memasak apa yang mereka mau dan ia tinggal menikmatinya.

“Saya belum pernah merasa kecewa. Saya suka dengan cita rasa daun jeruk, kunyit, ketumbar, lengkuas, dan lain-lain,” tambah Jonathan.

Bagi Jonathan, yang membuat makanan Indonesia unik adalah beragam budaya yang terkandung di dalamnya, seperti pengaruh budaya dari China, Timur Tengah, India, dan polinesia. Menurutnya, kombinasi ini unik dan membuat makanan Indonesia menjadi sangat lezat.

Untuk saat ini Seleraku Los Angeles hanya berjualan tiga kali dalam seminggu. Harga makanannya berkisar antara 8-19 dolar AS atau setara dengan 121-287 ribu rupiah.

Menu yang dihadirkan oleh Seleraku Los Angeles juga sangat beragam, termasuk menu-menu unggulan seperti bebek goreng lengkap dengan nasi, serundeng, sambal matah, dan sayur, juga camilan kacang khas Bali, Balinese salmon roll, serta tak ketinggalan nasi uduk, ikan pepes, dan mie Jawa.

“Kami mengumpulkan beberapa makanan ikonik dari Bali dan Jawa. Makanan-makanan yang sangat menonjol rasanya, kami jadikan menu utama, lalu kami jual dan mendapatkan masukan dari orang-orang. (Dari situ) kami lakukan proses eliminasi dan memutuskan (untuk menjual) makanan yang mendapat masukan terbaik (dari pelanggan),” kata Nick.

Disorot Media Lokal

Belum lama ini Seleraku Los Angeles masuk ke dalam daftar “The Hottest Pop-Ups in Los Angeles Right Now” atau bisnis popup ‘kekinian’ saat ini di Los Angeles menurut situs web Eater Los angeles.

Akun Instagram Seleraku Los Angeles pun langsung dibanjiri pesanan. Sejauh ini memang tidak ada strategi promosi khusus yang dilakukan oleh Pheren dan Nick, kecuali dari mulut ke mulut.

“Kami hanya mencoba membuat makanan terbaik yang kami bisa dan membiarkan orang menikmatinya. Mereka suka berbagi (cerita) dengan orang lain dan sejauh ini (informasinya) sudah menyebar di sekitar Los Angeles,” jelas Nick.

Menurut Jonathan Broida, makanan dari Seleraku Los Angeles tidak dimotivasi oleh uang, ketenaran, atau kesuksesan.

“Namun, makanan Seleraku Los Angeles fokus kepada berbagi kenangan, pengalaman, dan perasaan dengan sesama melalui makanan mereka,” kata Jonathan.

Saat ini Seleraku Los Angeles juga melayani pesanan katering dari beberapa butik berkelas di Rodeo Drive, seperti Saint Laurent dan Chanel. Setiap minggunya, Seleraku Los Angeles mengantar makanan untuk pihak manajemen dan karyawan di kedua butik tersebut.

Bisa mencapai titik yang sekarang menurut Nick memang memerlukan waktu dan basis yang kuat.

“Utamakan makanannya dan miliki hasrat. Saya pikir hasratnya bisa benar-benar terpancar melalui makanan dan cita rasanya. Cintai apa yang Anda lakukan dan saya percaya, seiring berjalannya waktu akan membuahkan kesuksesan,” kata Nick.

Tidak hanya untuk mencapai kesuksesan, Pheren berpesan untuk selalu berusaha melakukan yang terbaik. [di/dw]