Edisi ini dibuka dengan pembahasan tentang Neil deGrasse Tyson, bapak skena antariksa dan juga ilmuwan yang cukup terpapar dengan budaya pop, mempublikasikan daftar film yang menurutnya paling akurat dari perspektif sains. Dan ternyata film yang mendapat rating S adalah The Matrix. Sedangkan Interstellar hanya dapat B. Jaka dan Panji membahas lebih lanjut termasuk seberapa penting realisme dalam sebuah film.
Panji cukup tertekan pekan ini. Karena menonton dua film yang memantik emosi but for all the wrong reasons.
Captain America: Brave New World, layak untuk dirayakan? Bagi penggemar Marvel yang merindukan aksi tempur penuh CGI, film ini dapat memenuhi dahaga akan hal tersebut. Tapi ya sekedar menghilangkan haus saja. Kering tak bergizi. Bagian awal film ini juga akan menentukan batas toleransi Bujang Dare untuk sepanjang film.
• Dialog datar.
• Karakter yang tidak penting.
• Pesona bintang yang tidak eksis dari Anthony Mackie.
• Eskalasi konflik yang dangkal.
Ada alasan kenapa Bucky Barnes (Sebastian Stan) hanya diberi porsi cameo di film ini. Kemunculannya yang hanya sesaat langsung membanting kehadiran aktor utama. Mengecewakan. Panji juga mencoba menjabarkan kenapa Anthony Mackie sebagai Captain America sulit untuk berhasil.
Panji’s vote: 😔
Lalu Panji berhasil menyelesaikan film “A Real Pain”, sedangkan Jaka menyerah di setengah jam pertama. Film ini mengeksplorasi tema trauma lintas generasi, hubungan keluarga yang rumit, dan perjalanan emosional dalam menghadapi warisan sejarah. Walau mendapat banyak apresiasi dan penghargaan termasuk dari Academy Awards, Jaka dan Panji gagal menikmati film ini. Sangat mentah dan vanilla. Tawar. Apa adanya. A Real Pain, painful to watch.
Our vote: 😵💫
Simak selengkapnya dalam episode kali ini.
Dari Skenario Ke Stereo, #RuangFilm di Volare Radio.