Langka tapi Laris, Lapis Legit jadi Sorotan Media Lokal di AS

Dhania Iman

Kelezatan kue tradisional lapis legit kerap mendatangkan kerinduan bagi diaspora Indonesia di Amerika. Karena tergolong langka, pilihannya adalah berburu kue istimewa ini hingga ke berbagai negara bagian di Amerika Serikat. Media lokal AS pun menyebut penganan manis ini ‘legit’ alias sangat enak.

WASHINGTON, D.C. — Menjelang akhir tahun yang biasa dipenuhi dengan berbagai perayaan hari besar, para penjual kue tradisional Indonesia di Amerika mulai dibanjiri dengan berbagai pesanan kue, seperti lapis legit.

“Dari kecil saya memang suka makan lapis legit. Mama suka belikan jajan-jajan(an) atau kue-kue gitu. Saya juga pesan lapis legit untuk teman-teman dan ternyata mereka juga suka,” kata diaspora Indonesia, Mita Kole, yang berprofesi sebagai guru bahasa Inggris di sekolah dasar di Chicago ini.

Namun, bagi Mita, lapis legit adalah penganan manis yang juga biasa ia beli untuk berbagai acara, seperti ulang tahun.

Walau sudah lama menetap di Amerika, diaspora Indonesia, Lina Rachman di Gathersburg, Maryland mengaku lebih memilih untuk membeli kue lapis tradisional Indonesia dari katering atau bisnis milik warga Indonesia untuk buah tangan, jika dibandingkan kue lainnya.

“Kalau kue cake sudah biasa. Tapi kalau (kue lapis) kan kita bawa buah tangan gitu, dipotong-potong, bagus gitu. Dan enggak terlalu manis juga. Kalau cake kan manis,” jelas Lina.

Biasanya, Lina memesan baik kue lapis legit atau lapis Surabaya ke warga Indonesia yang memiliki bisnis katering makanan dan kue khas Indonesia di Amerika.

Salah satunya, Adiwi Ayundari, yang sudah terjun ke bisnis katering dan kue tradisional Indonesia di negara bagian Maryland dalam kurang lebih 12 tahun belakangan ini. Ia kerap menerima pesanan untuk hari-hari besar, termasuk hari raya bersyukur atau Thanksgiving yang baru saja berlalu, perayaan natal, dan akhir tahun.

“Memang untuk lapis legit baru di Thanksgiving (tahun) ini saya buka (pesanan), karena lapis legit itu kan lama ya bikinnya,” papar Adiwi Ayundari kepada VOA baru-baru ini.

“Kita bikinnya per lapis-lapis gitu kan, lama. Mesti ditungguin gitu loh, kita enggak bisa ngerjain yang lain,” tambahnya.

Adiwi Ayundari, pemilik katering makanan dan kue tradisional Indonesia di Maryland, AS (dok: Adiwi Ayundari)

Selain lapis legit biasa, Adiwi juga menjual lapis legit dengan buah prune, juga lapis legit keju dan kacang almond, dengan harga yang berkisar antara 65 hingga 75 dolar per loyang atau mencapai sekitar 1,2 juta rupiah.

Resep Warisan Nenek

Banjirnya pesanan saat hari besar seperti natal, imlek atau lebaran diakui oleh juru masak pastri, Ollyvia Putri yang memiliki bisnis kue khas Indonesia di Naperville, Illinois.

“Pokoknya sampai enggak tidur-tidur,” canda Ollyvia Putri saat dihubungi oleh VOA belum lama ini.

Berbekal resep kue lapis warisan mendiang sang nenek, Ollyvia mendirikan bisnis yang ia beri nama ‘Lapis 312’ tahun 2019 lalu.

Angka 312 ia gunakan di nama bisnisnya, sebagai tanda kode area Chicago, kota dimana Ollyvia pernah bermukim selama beberapa waktu.

Besar di Singapura, Ollyvia dan kakaknya kerap diasuh oleh sang nenek, yang gemar membuat kue lapis. Saat nenek memasuki usia lanjut, Ollyvia pun lantas mulai belajar membuat kue lapis legit sendiri.

“Menurutku sayang sekali kalau warisan nenekku tidak dilanjutkan di (Amerika). Di (Amerika) enggak banyak yang bikin kue-kue yang (khas Indonesia),” ujar lulusan The French Pastry School, di Chicago, Illinois ini.

Spesialisasi ‘Lapis 312’ adalah lapis legit dengan beragam rasa dan isian seperti spekoek, prune, nutella, keju, dan tentunya rasa orisinil.

“Aku benar-benar fokus pada bahan-bahan premium. Jadi, karena lapis legit itu pakai banyak banget mentega, jadi kita harus pakai 100 persen (mentega) Wijsman butter. Enggak bisa diganti sama sekali. Menurut saya itu rahasia satu-satunya,” kata Ollyvia.

Satu loyang lapis legit buatan Ollyvia yang berukuran 20x20cm dijual dengan harga 88 dolar atau sekitar 1,4 juta rupiah.

“Aku kirim kue-kue ke seluruh 50 negara bagian di Amerika Serikat,” kata Ollyvia yang juga pernah mengirim lapis legitnya hingga ke Kanada dan Jepang.

Lapis legit prune dari Lapis 312 (dok: Ollyvia Putri)

Selain lapis legit, Ollyvia juga menjual lapis Surabaya, juga aneka kue kering, seperti nastar, kastengel, sagu keju, dan kue kacang almond. Ia juga menjual selai Srikaya.

Jadi Incaran Warga Belanda di AS

Kelezatan dan kelembutan lapis legit hasil buatan Ollyvia ternyata tak hanya berhasil menarik perhatian diaspora Indonesia yang rindu akan kue tradisional Indonesia ini, namun juga warga keturunan Singapura, Malaysia, bahkan Belanda.

“Jadi banyak nenek-nenek yang dulu lahirnya di Indonesia, tapi sudah pindah ke Holland dan juga immigrate lagi ke (Amerika Serikat). Mereka punya kenangan, ‘oh, dulu mama saya pernah bikin lapis legit,’ tapi dia enggak pernah ketemu lapis legit di mana pun, sampai mereka menemukan aku,” kata Ollyvia.

Menurut Ollyvia, rasa ‘jadul’ (red.zaman dulu) yang dihadirkan lewat resep neneknya sangat penting, karena dapat memberikan rasa nostalgia yang berasal dari masa kecil seseorang.

“Kalau aku enggak pakai resep yang dari nenek dan aku ubah, mungkin rasanya tidak akan sama,” tambahnya.

Walau banyak yang mengincar, bagi Ollyvia tantangan untuk bisa menembus pasar lokal Amerika tetap ada, mengingat harga kuenya yang mahal.

“Kalau untuk orang lokal (Amerika), mereka enggak ngerti, ‘oh, ini kue kenapa mahal banget.’ Tapi kalau misalnya jual ke orang Indonesia atau orang Singapura yang ngerti, ‘oh kue lapis itu mahal gara-gara (proses pembuatannya memakan banyak waktu) dan juga bahan-bahannya premium. Kayak telurnya banyak, (menteganya) banyak. Itu kan semuanya mahal,” jelas Ollyvia.

Namun, bagi Mita Kole, harga lapis legit yang mahal tidak pernah membuatnya berpikir dua kali sebelum membelinya, mengingat dia adalah penggemar berat penganan yang satu ini.

“Menurut saya harganya mengikuti bahan-bahannya yang spesial, yang susah di temukan di AS Saya sangat mengerti,” kata Mita.

“Ditambah lagi, memerlukan keahlian yang luar biasa untuk membuat lapisan-lapisan (kue) itu. Jadi menurut saya harganya mahal ya maklumlah karena dengan hal-hal itu,” tambahnya.

Menurut Ollyvia, membuat kue lapis legit “susah-susah, enggak,” tetapi memakan banyak waktu. Pasalnya untuk membuat satu loyang lapis legitnya diperlukan waktu sekitar 5-6 jam.

Usaha dan kerja keras Ollyvia tidak sia-sia. Keunikan dari lapis legit buatannya berhasil menarik perhatian surat kabar lokal, Chicago Reader, yang menyebut kuenya yang terdiri dari 20 lapisan ini ‘legit’ alias sangat enak.

“Teman-teman saya berasal dari berbagai budaya, ada Korea Selatan, Meksiko, Italia, Afrika Amerika, Amerika, Jepang, suami dan mertua saya orang Rusia, mereka semua suka lapis legit buatan Ollyvia dan selalu tanya saya beli dimana,” kata Mita Kole.

“Teman-teman bilang mereka sukanya karena banyak layers-nya itu unik dan rasanya (mentega)nya berbeda sama mentega-mentega biasa,” tambahnya.

Bagi yang ingin mengikuti jejak bisnisnya, Ollyvia mengatakan jangan pernah takut untuk memulai.

“Lakukan saja, mulai dari keluarga dan teman (agar) dapat banyak masukan, bagaimana Anda bisa meningkatkan (kualitas) produk Anda,” tambah Ollyvia.

Tak ketinggalan, dalam berjualan Ollyvia tidak patah semangat untuk menjelaskan kepada pelanggan lokal Amerika mengenai sejarah dibalik kue buatannya, sekaligus memperkenalkan tradisi dan pengetahuan tentang Indonesia.[di/aa]